Cerita Tentang Perjuangan Dan Harapan Empat Siswi Labschool Cirendeu Dalam Tuntut Ilmu Di Luar Negeri
Hariantangsel.com | Pendidikan - Impian serta perjuangan keempat siswi Labschool Cirendeu, Tangerang Selatan (Tangsel) untuk meraih beasiswa demi bisa melanjutkan pendidikan di Universitas terbaik se-Dunia kini menjadi kenyataan.
Kini Abia Tsabitah Ali, Rayyana Amaluna Suha Abidin, Azkiya Syahma Erindra, dan Naila Putri Alifah pun bisa tersenyum lega.
Banyak hal yang telah dikorbankan mereka. Bukan hanya dituntut untuk menjaga nilai di kelas agar tetap bagus, namun mereka juga harus melalui sederet tahap seleksi yang memakan waktu cukup lama.
Bukan sebulan atau dua bulan mereka mengarunginya, tetapi sampai setahun setengah mereka baru bisa meraih hasil yang sangat manis ini.
Belum lagi di saat tahapan seleksi itu berlangsung, mereka juga harus tetap mengikuti sederet kesibukan lainnya di luar jam sekolah. Seperti halnya Osis, dan kegiatan lainnya.
Abia yang berhasil diterima di Hong Kong University of Science and Technology jurusan Business and Management tak mampu menyembunyikan kegembiraannya.
"Pasti bersyukur banget sama lega, karena kalau dipikir-pikir perjalanan satu setengah tahun ini kan panjang banget. Dari kelas XI semester akhir jadi banyak yang kita korbankan dan kita perjuangkan. Pasti ya bangga juga sama teman-teman BIM ini akhirnya kita bisa mendapatkan beasiswa ini," ujar Abia saat dijumpai di Labschool Cirendeu, Kamis (16/5/2024)
Apalagi selama Ia bersekolah dan disibukan dengan sederet tahap penerimaan Beasiswa Indonesia Maju (BIM), Abia juga menjabat sebagai Ketua Osis.
Sehingga dalam waktu yang bersamaan, Ia dituntut harus mampu membagi waktunya dengan baik. Baik saat berada di kelas, tahap seleksi BIM, hingga kesibukannya sebagai Ketua Osis.
"Waktu masa Ketua Osis waktu itu, akhirnya ada suatu waktu aku harus kirim delegasi. Jadi memang banyak mengirim delegasi. Dan untuk pelajaran sekolah itu aku harus pastikan kalau saat belajar aku harus benar-benar paham. Karena waktu saat di kelas itu minim. Jadi harus memastikan kalau aku harus paham dengan pelajarannya," ungkapnya.
Belum lagi, Ia juga harus mengimbangi waktunya dalam kehidupan sehari-harinya selain dalam dunia pendidikan.
"Social life itu merupakan salah satu tantangan. Karena banyak acara keluarga, atau juga teman teman, pasti kan waktu akan kurang," kata Abia.
Sehingga dirinya pun dituntut untuk mampu mengatur waktu dengan baik agar semuanya seimbang.
Namun kini, seluruh perjuangannya yang tak mudah itu dapat dilalui.
Kini Abia harus fokus mempersiapkan kehidupannya di negeri orang nanti. Saat dirinya memulai aktivitas akademik di Hong Kong University of Science and Technology
"Yang aku persiapkan, life skills sih. Aku belajar masak lagi, terus aku juga belajar nyetir siapa tahu nanti dibutuhkan di sana, jadi persiapan untuk di sana sih. Kalau bahasa kebetulan pakai Bahasa Inggris. Tapi untuk daily life-nya kita mau belajar Bahasa Mandarin sih," terangnya.
Selain belajar mengasah kemampuan untuk kehidupan sehari-harinya di sana, Abia juga harus tetap berjuang agar bisa mempertahankan nilai di universitas pilihannya. Hal itu pun turut menjadi tantangan terbesar baginya.
"Kalau aku sih, dari bidang akademiknya. Apalagi aku di asia yang di kenal tingkat kompetitifnya luar biasa. Lalu juga perteman, karena kita kan sebagai minoritas dalam international student itu pasti jumlahnya lebih sedikit. Jadi kita harus belajar cara beradaptasi, cara berinteraksi di sana," ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Rayyana Amaluna Suha Abidin, siswi yang berhasil diterima di Hong Kong University jurusan Biological Science.
"Kalau aku perasaannya dari awal ikut pendaftaran tuh, aku gak menyangka banget. Dulu tuh aku ambis banget sama FK, tapi ini semua ada hikmahnya. Akhirnya bisa mendapat program beasiswa ini," ungkap Rayya pada kesempatan yang sama.
Ia merasa, perjuangan selama ini yang telah dilakukan dengan segala ujian dapat terbayar lunas dengan hasil yang indah.
Serupa dengan Abia, Rayya kini pun tengah mempersiapkan segala kebutuhannya di Hongkong nanti. Sebab, akhir Agustus nanti Ia akan bertolak ke Hongkong bersama Abia.
Dalam sisa waktu yang ada ini, Rayya kini sebisa mungkin ingin memanfaatkan waktunya melakukan hal-hal yang diinginkan.
"Gimana sih sisa waktu aku. Soalnya kan kita juga akan berangkat. Kan juga sibuk untuk persiapan visa, dan lainnya. Berarti sisa waktu sebulan dua bulan ini bisa dimanfaatkan buat kita bareng lagi bersama teman-teman dan keluarga. Apalagi kan selama empat tahun nanti kita bakal pisah. itu sih sedihnya," ujar Rayya.
Kemudia di sisi lain, Ia juga harus menyiapkan mental untuk bertahan hidup dalam menempuh pendidikan di Negeri orang nanti.
"Karena kan kita pisah sama orangtua. Tantangannya kalau aku sih, kita kan tahu kalau di Hongkong itu sangat berbeda apalagi dari segi kompetitifnya. Kalau di sini kan bisa lebih santai. Kalau di sana kan kita bersaingnya dengan orang-orang yang kebiasaan belajarnya lebih tinggi dari pada kita. Jadi kita kan harus bersaing," jelas Rayya.
Sementara itu berbeda dengan Rayya dan Abia, Azkiya Syahma Erindra yang diterima di University of Queensland-Bachelor of Advanced Science in Psychology akan berangkat lebih cepat, pada Juli mendatang.
Ia mengungkapkan, perjuangan untuk mendapatkan beasiswa ini sungguh tidak mudah. Bahkan, Ia juga sempat merasa sangat lelah dan berada di titik terbawah.
"Terutama saat aku mengerjakan proyek sosial, karena aku sendirian. Mengambil tentang ramah lingkungan jadi mensosialisasikan terkait lingkungan kepada masyarakat dan bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup. Aku benar-benar sendiri. Mungkin selama itu aku juga masih harus membuat esai dan kegiatan sekolah lainnya. Jadi memang saat momen itu aku merasa down," ungkapnya.
Namun kini, hasilnya telah Ia petik. Ia telah membuktikan bahwa perjuangan atau usaha tidak akan mengkhianati hasil.
"Sekarang aku sudah mencari apartemen untuk tinggal di sananya. Jadi kita juga enggak bisa leha-leha di sini. Dan untuk teman-teman, jujur aku jarang untuk ketemu. Karena mereka kan juga lagi fokus banget untuk pesiapan kuliah. Aku pun mendukung banget mereka," tutur Syahma.
Sementara itu, keberhasilan yang telah diraih oleh keempat siswi Labschool Cirendeu sangat membuat orang tua mereka begitu bangga.
Seperti yang diungkapkan oleh Retno Sari, ibunda dari Rayya.
"Alhamdulillah pertama mendengar dapat beasiswa bersyukur banget, dan pasti bangga. Tapi juga sedikit was-was karena anak-anak ini mengemban amanah dari negara. Jadi kita ngasih tau anak-anak itu untuk bagaimana bisa menjaga nilai dengan baik. Nama baik diri, keluarga, sekolah, dan tentu nama baik negara," ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Tutie Amaliah, ibunda dari Abia. Ia merasa lega, sebab buah hatinya telah berhasil melalui semua tantangan ini.
Selama itu, Ia mengungkapkan selalu memanjatkan doa terbaik bagi buah hatinya agar dapat menerima beasiswa ini.
"Tak putus melalui doa jalur langit kita selalu mendukung. Harapannya yang pasti kita mau mereka berbakti, baik kepada negara yang sudah memberikan support kepada anak-anak, kita pengen mereka bisa menjadi diri sendiri, menjaga norma-norma. Jadi selain pintar, akhlaknya juga harus dijaga," harapnya.
Hal serupa juga diucapkan Henny Ambarwaty, ibunda dari Naila Putri Alifah siswi kelas XII IPS 1 yang diterima antara University of Toronto George-Social Science atau University of British Columbia-Bachelor of Arts.
"Alhamdulillah juga dukungan dari sekolah sangat luar biasa dan kami orang tua juga terus membersamai. Itu sih yang bisa kita bantu, support tenaga, doa, dan tentu motivasi," ungkapnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Erli Soemarliana, ibunda Azkiya Syahma Erindra. Keberhasilan Syahma, membuatnya sangat bangga.
"Harapannya anak-anak bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk masyarakat tentunya. Semoga juga bisa menjaga nama baik keluarga," pungkasnya.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow